TUGAS 3
DEFINISI
Terapi perilaku adalah terapi psikologis
singkat bertarget yang lebih menangani gambaran terkini berbagai gangguan
ketimbangan, mengurusi perkembangan sebelumnya. Terapi ini didasarkan pada
teori pembelajaran perilaku, yang selanjutnya didasarkan pada classical dan operant conditioning.
Penilaian objektif berkelanjutan mengenai kemajuan pasien dibuat.
GAMBARAN PERILAKU
Perilaku adalah respon yang timbul secara
eksternal, dipengaruhi oleh stimulus lingkungan dan dapat dikontrol secara
primer oleh konsekuensinya Perilaku dapat diamati, diukur, dan dicatat oleh
diri sendiri maupun orang lain. Observasi yang bersifat subyektif dilakukan
diri sendiri dan observasi yang bersifat obyektif dilakukan orang lain.
INDIKASI TERAPI PERILAKU
Indikasi utama ialah gangguan fobik dan
perilaku kompulsif, disfungsi sexual (misalnya impotensi dan frigiditas) dan
deviasi sexual (misalnya exhibisionisme). Dapat dicoba pada pikiran-pikiran
obsesif, gangguan kebiasaan atau pengawasan impuls (misalnya gagap, enuresis,
dan berjudio secara kompulsif), gangguan nafsu makan (obesitas dan anorexia)
dan reaksi konversi. Terapi perilaku tidak berguna pada skizofrenia akut,
depresi yang hebat dan (hipo) mania.
PRINSIP-PRINSIP TERAPI PERILAKU
1.
Meningkatkan
atau mempertahankan perilaku
Perilaku mungkin akan meningkat baik
frekuensi, kompleksitas/lamanya dengan pemberianreinforcement. Reinforcement adalah suatu proses, dimana kejadian
atau kondisi lingkungan yang menyertai perilaku dapat mempengaruhi perilaku
yang timbul kemudian.
Positif reinforcement
Meningkatnya frekuensi sebuah respon, dan
respon tersebut diikuti oleh stimulus yg menyenangkan. Contohnya perilaku
mengucapkan salam yang disambut dengan senyuman oleh orang yg dituju.
Negative reinforcement
Meningkatnya frekuensi suatu respon, karena
respon tersebut memindahkan beberapa stimulus yang negatif atau menyakitkan dan
tidak menyenangkan. Stimulus yang tidak menyenangkan (konflik) akan
meningkatkan respons menyibukkan diri.
Menurunnya perilaku
Upaya meningkatkan perilaku dilakukan dengan
pemberian punishment dan extinction
Punishment :
Konsekuensi-konsekuensi yang menghasilkan penekanan/penurunan frekuensi tingkah
laku yang akan muncul :
- Positive punishment : Menghadirkan stimulus
bertentangan yang mengikuti suatu perilaku dengan tujuan menurunkan perilaku
tersebut.
- Negative punishment : Kejadian yang
menggantikan/menurunkan suatu perilaku, ada 2 bentuk yaitu Respon Cost adalah kerugian yg mengikuti perilaku
dan Time out adalah prosedur punishmentdalam periode waktu tertentu dimana selama
waktu tersebut pemberian reinforcement tidak
sesuai
Extinction
Prosedur yang biasa digunakan oleh
pemberi reinforcement untuk menghilangkan perilaku. Extinctionberjalan lebih lambat dari pada reinforcement
Desensitisasi Sistemik
Desensitisasi sistemik yang dikembangkan
oleh Joseph Wolpe, didasarkn pada prinsip perilaku counterconditioning, disini
seseorang menghadapi ansietas maladaptive yang dicetuskan oleh situasi atau
suatu objek dengan mendekati situasi yang ditakuti secara bertahap dan didalam
keadaan psikofisiologis yang menghambat ansietas. Didalam desensitisasi
sistemik, pasien mendapatkan keadaan relaksasi seutuhnya dan kemudian
dipajankan pada stimulus yang mencetuskan respon ansietas. Reaksi negative ansietas
dihambat oleh keadaan relaksasi, suatu proses yang disebut inhibisi resiprokal.
Bukannya menggunakan situasi atau objek sebenarnya yang mencetuskan rasa takut,
pasien dan terapis menyiapkan daftar bertingkat suasana mencetuskan ansietas
dan terkait dengan rasa takut pasien. Keadaan relaksasi yang dipelajari dan
situasi pencetus ansietas secara sistematis dipasangkan didalam terapi. Dengan
demikian, desensitisasi sitematik terdiri atas tiga langkah: pelatihan
relaksasi, pembangunan hirarki dan desensitisasi stimulus.
Pelatihan Relaksasi
Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang
berlawanan dengan efek fisiologis ansietas: denyut jantung lambat, meningkatnya
aliran darah keperifer, dan sensibilitas neuromuskular. Beberapa diantaranya,
seperti yoga dan zen, telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Sebagian
besar metode menggunakan relaksasi progresi yang dikembangkan oleh psikiater
Edmund Jacobson. Pasien merelaksasi kelompok otot utama dalam rangkaian tetap,
dimulai dari kelompok otot kecil kaki terus kearah kepala atau sebaliknya.
Beberapa klinisi memakai hipnosis untuk mempermudah relaksasi atau menggunakan
latihan dengan menggunakan kaset untuk memungkinkan pasien berlatih relaksasi
sendiri. Mental imagery merupakan metode relaksasi dengan pasien diinstruksikan
untuk membayangkan dirinya disuatu tempat yang terkait dengan kenangan yang
menyenangkan dan membuat santai. Bayangan tersebut memungkinkan pasien memasuki
keadaan atau pengalaman relaksasi, seperti yang dinamakan oleh Herbert Benson,
respon relaksasi.
Perubahan fisiologis yang berlangsung saat
relaksasi adalah kebalikan dari perubahan yang dicetuskan oleh respon stress
adrenergic yang merupakan bagian dari banyak emosi. Tegangan otot, frekuensi
pernapasan, denyut jantung, tekanan darah, dan konduktansi kulit menurun. Suhu
jari dan aliran darah ke jari biasanya meningkat. Relaksasi meningkatkan
variabilitas denyut jantung respirasi, suatu indeks tonus parasimpatis.
Pembangunan Hirarki
Ketika membangun hirarki, klinisi mennetukan
semua keadaan yang mencetuskan ansietas, kemudian pasien menciptakan daftar
hirarki 10 hingga 12 situasi dalam urutan meningkatnya ansietas. Contohnya,
hirarki akrofobik dapat dimulai dengan pasien membayangkan berdiri didekat
jendela dilantai kedua dan diakhiri dengan berada di atap gedung 20 tingkat,
bersandar dipembatas dan melihat ke bawah.
Desensitisasi Stimulus
Pada langkah terakhir, yang disebut
desensitisasi, pasien melanjutkan daftar secara sistematik dari situasi yang
kurang mencetuskan ansietas hingga yang paling mencetuskan ansietas saat berada
dalam keadaan relaksasi dalam. Kecepatan perkembangan pasien melalui daftar
tersebut ditentukan oleh respons mereka terhadap stimulus. Ketika pasien dapat
membayangkan dengan jelas situasi pada hirarki yang paling mencetuskan ansietas
dengan tenang, mereka akan mengalami sedikit ansietas di dalam situasi
kehidupan sebenarnya yang sama.
Pemajanan Bertingkat Terapeutik
Pemajanan bertingkat terapeutik serupa
dengan desensitisasi sistematik kecuali bahwa pelatihan relaksasi tidak
dilibatkan dan terapi biasa dilakukan didalam konteks kehidupan sebenarnya. Hal
ini berarti bahwa individu tersebut harus berkontak dengan stimulus peringatan
untuk pertama kali belajar bahwa tidak ada akibat berbahaya yang akan terjadi.
Pajanan ditingkatkan sesuai hirarki. Contohnya, pasien yang takut pada kucing,
dapat meningkat dari melihat gambar kucing hingga menggendong kucing.
Flooding
Flooding serupa dengan pemajanan bertingkat
yaitu bahwa flooding memajankan pasien pada objek yang ditakuti in vivo; meski
demikian, tidak ada hirarki. Flooding didasarkan pada dasar pemikiran bahwa
melarikan diri dari pengalaman yang mencetuskan ansietas mendorong ansietas
melalui pembelajaran. Dengan demikian, klinisi dapat mengakhiri ansietas dan
mencegah perilaku menghindar yang dipelajari dengan tidak memungkinkan pasien
lari dari situasi tersebut. Keberhasilan prosedur ini bergantung pada
pertahanan pasien didalam situasi yang menimbulkan takut sampai mereka menjadi
tenang dan merasakan sensasi penguasaan. Menarik diri secara dini dari situasi
atau secara dini mengakhiri situasi yang dibayangkan adalah sebanding dengan
pelarian diri, yang kemungkinan mendorong ansietas yang dipelajari serta
perilaku menghindar dan menghasilkan efek berlawanan yang diinginkan. Di dalam
suatu varian, yang disebut imaginal flooding, objek atau situasi yang ditakuti
dihadapkan hanya didalam imajinasi bukannnya dikehiupan nyata.
Assertivenes Training
Untuk menjadi asertif seseorang perlu
memiliki kepercayaan diri di dalam penilaiannya dan harga diri yang cukup untuk
mengekspresikan pendapat mereka. Pelatihan dan keterampilan social dan
keasertifan mengajari seseorang cara merespons dengan sesuai dilingkungan
social, mengekspresikan pendapat mereka dengan cara yang dapat diterima,
dan memperoleh tujuan mereka. Berbagai teknik, termasuk role model,
desensitisasi, dan dorongan positif, digunakan untuk meningkatkan keasertifan.
Terapi Aversi
Ketika stimulus berbahaya (hukuman) muncul
segera setelah suatu respons perilaku tertentu, secara teoritis, respon ini
akhirnya dihambat dan diakhiri. Banyak stimulus berbahaya yang digunakan:
kejutan listrik, zat yang mencetuskan muntah, hukuman fisik, dan
ketidaksetujuan sosial. Stimulus negatif dipasangkan dengan perilaku, yang
kemudian disupresi. Perilaku tidak diinginkan dapat menghilang setelah
rangkaian tersebut. Terapi aversi telah digunakan untuk penyalahgunaan alcohol,
parafilia, dan perilaku lain dengan ciri impulsif dan kompulsif.
Desensitisasi dan Pemrosesan Ulang Gerakan
Mata (Eye Movement Desensitization and Reprocessing; EMDR)
Gerakan mata sakadik adalah osilasi cepat
mata yang terjadi ketika seseorang mengikuti objek yang bergerak maju-mundur di
dalam garis penglihatan. Jika gerakan ini dicetuskan ketika seseorang sedang
membayangkan atau berpikir mengenai peristiwa yang ditimbulkan ansietas,
beberapa studi menunjukkan bahwa pikiran atau bayangan positif dapat dicetuskan
dan menyebabkan penurunan ansietas. EMDR telah digunakan pada gangguan stress,
pascatrauma dan fobia.
Dialectical Behavior Therapy (DBT)
DBT telah berhasil digunakan pada pasien
dengan gangguan kepribadian ambang dan perilaku parasuicidal. Terapi ini
bersifat selektif, dan mengambil metode dari terapi suportif, kognitif dan
perilaku. Fungsi DBT adalah
1.
Meningkatkan
dan memperluas daftar pola perilaku terlatih pasien
2.
Meningkatkan
matovasi pasien untuk berubah dengan mengurangi dorongan pada perilaku
maladaptif, termasuk disfungsi (kognisi dan emosi)
3.
Meyakinkan
bahwa pola perilaku baru dikembangkan dari lingkungan terapeutik ke lingkungan
alami
4.
Membuat
struktur lingkungan sedemikian rupa sehinggaperilaku efektif bukannya perilaku
disfungsi yang didorong
5.
Meningkatkan
motivasi dan kemampuan terapis sehingga diperoleh terapi efektif.
10. Terapi Kognitif-Perilaku
(Cognitive Behavioural Therapy)
Terapi kognitif-perilaku (sering disingkat
CBT) menampilkan usaha yang relatif baru untuk mengawinkan aspek terapi
perilaku yang berguna dengan terapi kognitif dan memiliki tujuan utama membantu
pasien mendapatkan perubahan yang mereka harapkan dalam kehidupannya. Asumsi
dasar yang melatarbelakangi terapi-kognitif perilaku meliputi:
1.
Respons
pasien lebih berdasarkan kepada interpretasi ketimbang pada realitasnya.
2.
Pikiran,
perilaku, dan emosi saling terkait
3.
Tindakan
terapeutik perlu diklarifikasi dan diubah menurut pikiran pasien
4.
Manfaat
perubahan proses kognitif dan perilaku pasien lebih besar daripada manfaat
perubahan salah satunya saja.
sumber
http://www.artikelkedokteran.com/774/terapi-perilaku.html
Terapi Perilaku Emotif Rasional (Rational
Emotive Behaviour Therapy, selanjutnya disingkat REBT) adalah sistem
psikoterapi yang mengajari individu bagaimana sistem keyakinannya menentukan
yang dirasakan dan dilakukannya pada berbagai peristiwa dalam kehidupan.
Penakan REBT pada cara pikiran mempengaruhi perasaan menempatkan pendekatan ini
pada aliran terapi perilaku-kognitif dimana REBT ini menjadi salah satu aliran
tersebut.
Tujuan REBT
REBT membantu individu-individu
menanggulangi problem-problem perilaku dan emosi mereka untuk membawa mereka ke
kehidupan yang lebih bahagia, lebih sehat, dan lebih terpenuhi. Hal tersebut
dicapai dengan cara setiap individu berpikir lebih rasional, berperasaan tidak
terganggu, dan bertindak dengan cara-cara yang dapat mencapai tujuan akhir.
Terapis REBT bertujuan membuat dirinya tidak diperlukan lagi dengan mengajari
klien bagaimana menjadi terapis bagi diri mereka sendiri untuk memecahkan
problem di masa sekarang dana masa mendatang.
Teknik-teknik REBT
·
Teknik Kognitif. Teknik ini membantu klien berpikir mengenai pemikirannya dengan cara
yang lebih konstruktif. Klien diajar untuk memeriksa bukti-bukti yang mendukung
dan menentang keyakinan-keyakinan irasionalnya dengan menggunakan tiga kriteria
utama: a) Logika, b) Realisme dan, c) Kemanfaatan
·
Teknik Perilaku. Teknik ini dinegosiasikan dengan klien atas dasar sifatnya yang menentang,
tetapi tidak sampai membuat kewalahan, yaitu, tugas-tugas yang cukup
menstimulasi untuk mewujudkan perubahan terapeutik, namun tidak terlalu
menakutkan karena justru akan menghambat menjalankan tugas-tugas tersebut.
·
Teknik Emotif. Ini sepenuhnya melibatkan emosi klien saat ia dengan penuh semangat
melawan keyakinan-keyakinan irasionalnya. Teknik ini merupakan latihan
penyerangan rasa malu di mana klien berperilaku dengan cara yang ‘memalukan’ di
kehidupan nyata untuk menimbulkan cemooh atau celaan publik.
·
Teknik Imajeri. Teknik utama adalah teknik imajeri emotif-rasional di mana klien didorong
untuk merasa cemas dengan membayangkan melakukan presentasi yang buruk di
hadapan kolega-koleganya dan kemudian, tanpa mengubah rincian dari gambaran
mental tersebut, mengubah emosi klien pada satu hal yang dicemaskan. Perubahan
emosi tersebut terjadi pada klien yang menggantikan keyakinan irasionalnya dengan
keyankinan rasional.
sumber
Mappiare, Andi AT, 2009, Pengantar
Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Corey, Gerald. 2009. Teori Dan Praktek
Konseling Dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Pengertian Analisis Transaksional
· Kata transaksi selalu mengacu pd
proses pertukaran dlm suatu hubungan. Dlm komunikasi antar pribadi juga dikenal
transaksi à yg dipertukarkan adalah pesan-pesan, baik verbal maupun non verbal.
· Analisis transaksional adalah suatu
model analisis komunikasi dimana seseorang menempatkan dirinya menurut posisi
psikologi yg berbeda (Eric Berne’s, Stuart Sundeen, 1995).
Tujuan Analisi Transaksional
· siapa – siapa yg terlibat di
dalamnya
· pesan apa yg dipertukarkan
Komponen Analisis Transaksional
1. Analisis Struktur
2. Analisis Transaksi
3. Analisis Permainan
4. Analisis Naskah
1. ANALISIS STRUKTUR
· Mengalisis kepribadian orang, yakni
pikiran, perasaan, tingkah laku
o membuat kita mengenal diri
sendiri dlm berkomunikasi dengan orang lain
o siapa kita? mengapa kita
berperilaku demikian
· Kepribadian seseorang terdiri
dari 3 status ego à pola yg tetap dr perasaan, pengalaman, dan tingkah
laku.
Sikap Dasar Ego
Mengacu pada:
· Sikap orang tua (Parent = P)
· Sikap orang dewasa (Adult = A)
· Ego anak (Child = C)
Ketiga sikap tsb dimiliki oleh setiap orang, baik dewasa, anak-anak,
maupun orang tua.
Sikap orang tua
· Terlihat dlm tindakan, tutur kata
ataupun ucapan-ucapannya.
· Seperti tindakan menasehati orang
lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan,
membantu, melindungi, mendorong unt berbuat baik à sikap yg nurturing parent
(NP).
· Sebaliknya ada puula sikap ortu yg
suka menghardik, membentak, menghukum, berprasangka, melarang sikap yg critical
parent (CP)
Sikap orang dewasa :
· Umumnya pragmatis dan realistis
· Mengambil kesimpulan, keputusan
b’dasarkan fakta-fakta yg ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta,
bersifat rasional dan tdk emosional, bersifat objektif, dsb.
Sikap anak-anak
Dibedakan antara natural child (NP) dan adapted child (AC).
· Natural Child: sikap yg ditunjukkan
à ingin tahu, berkhayal, kreatif, memberontak.
· Adapted Child: sikap yg ditunjukkan
à mengeluh, ngambek, suka pamer, bermanja-manja
Cara mengetahui sikap ego seseorang
· Melihat tingkah laku nonverbal
maupun verbal yg digunakan.
o tingkah laku nonverbalpd
umumnya sama, tetapi dpt dibedakan kode/simbolnya pd setiap orang sesuai dgn
budayanya.
o pilihan kata-kata yg digunakan
saat berkomunikasi.
· Mengamati sikap seseorang ketika
bergaul dgn orang lain.Dominasi satu sikap dpt dilihat pd orang tsb. Misal:
sangat menggurui orang lain à orang tsb dikuasai oleh P (critical parent).
Si Item suka ngambek Item dikuasai oleh sikap anak-anak.
Si Biru suka bertanya & mencari fakta-fakta atau latar belakang suatu
kejadian Biru dikuasai oleh sikap dewasa.
· Mengingat kembali keadaan dirinya
sewaktu masih kecil à buah jatuh tdk jauh dari pohonnya.
melihat cara berbicara, gerak-gerik nonverbal mengikuti cara yg dilakukan
ayah-bundanya yg kita kenal.
· Mengecek perasaan diri
sendiri,perasaan setiap orang yg muncul pd konteks, tempat tertentu yg sangat
mempengaruhi seseorang à apakah lbh baik bersikap orang tua, dewasa, ataupun
anak-anak